BANDUNG/86 -- Bagi sebagian orang, olahraga ekstrem tak banyak diminati lantaran dianggap membahayakan. Tapi hal itu tak berlaku bagi bocah 7 tahun asal Bandung ini. Ibni Balqis Larasati Wardhana namanya.

Bocah kelas 2 di SDN Banjarsari Bandung ini bisa dianggap berbeda dengan rekan-rekan sebayanya. Bocah dijuluki 'si laba-laba kecil' ini memilih aktivitas panjat tebing untuk menghabiskan waktu sehari-hari.

"Ya senang saja. Karena ada tantangannya," ucap Balqis saat berbincang-bincang di sela-sela latihan di toko Eiger, Jalan Cihampelas, Kota Bandung, Sabtu (2/2/2019).

Perkenalan Balqis dengan olahraga ekstrem bermula saat ibunya merasa Balqis 'berbeda' dari bocah lainnya. Balqis yang mengidap Kinestetis ini selalu aktif bergerak.

Ibu Balqis, Abni Iko Satitis, mencari cara untuk mengaplikasikan keaktifan Balqis ke suatu hal positif. Tahun 2017, Abni lantas mendaftarkan Balqis ke sekolah atletik di GOR Pajajaran Bandung.

"Pas mau daftar masuk kan ada wall climbing ya, dia tertarik terus bilang ke saya, 'ibu aku mau itu' saya bilang nggak bisa karena mau daftar atletik, tapi dia maksa ingin itu. tapi aku mau itu' ya udah lah dia mulai-mulai pertama kali di situ. Besoknya dia bilang lagi, 'ibu aku anter lagi ya ke Pajajaran, aku mau main-main lagi panjat'. Hah... saya kaget saya pikir ya udah lah ya," tutur Abni.

Di hari kedua itu, antusiasme Balqis terhadap panjat tebing dilirik pelatih panjat tebing bernama Cakra. Sang pelatih lalu meminta Balqis untuk sering berlatih panjat tebing.

"Saya nggak langsung menyetujui, takutnya dia di tengah jalan berhenti, saya jadi malu. Tapi dia meyakinkan bahwa Balqis punya keinginan. Ya sudah semenjak itu dia berlatih di sana," ujar Abni.

Kegemaran Balqis terhadap panjat tebing sampai ke telinga kakeknya Tedi Ixdiana yang juga aktif di panjat tebing dan juga owner dari sekolah panjat tebing Merah Putih Bandung.

Ceritanya, sang kakek marah lantaran cucunya itu berlatih di luar bukan di tempatnya. "Eyangnya ini pertama nggak tahu kalau Balqis suka panjat tebing. Akhirnya tahu ya sudah dia terserah mau manjat di mana tapi tetap ngepos (sekolah) di Merah Putih. Dari situlah dia mulai manjat dan latihan di Pajajaran atau di Merah Putih," Abni menuturkan.

Hari-harinya tak lepas dari aktivitas panjat tebing. Bahkan Balqis terhitung jarang di rumah karena lebih memilih berlatih di luar. Selain di Pajajaran, Balqis berlatih di dinding toko Eiger Jalan Cihampelas dan di sekolah Merah Putih.

" Kalau di rumah dia jam 8 malam. Di rumah makan malam dan ngerjain PR (pekerjaan rumah). Kalau libur dia minta latihan, ngajak-ngajak saya," ucap Abni.

Latihan ekstra yang dilakukan Balqis berbuah hasil. Balqis kini sudah bisa dikatakan mahir dalam memanjat tebing. Seperti yang terlihat saat latihan, Balqis merayap dengan cepat memegang poin-poin di dinding panjat tebing.

Dia pun terlihat cekatan memindahkan tali-tali untuk dikaitkan ke poin yang ada di dinding. Balqis pun berhasil meraih puncak dinding setinggi 15 meter itu.

Abni menambahkan selain di dinding saat berlatih, Balqis pun sudah beberapa kali berlatih di alam. Karst Citatah di Padalarang dan Lembang pernah dijajal bungsu dari tiga bersaudara itu.

"Dia memang sukanya di alam. Pernah bilang sama saya cita-cita dia kalau sudah jago mau manjat di luar negeri, di puncak Eiger," kata Abni.

Abni bercerita, Balqis pernah mengalami hal pahit saat memanjat. Saat itu di kawasan tebing batu di Lembang, Balqis memanjat. Namun sempat kepalanya terbentur tebing. Abni sempat khawatir tapi justru Balqis sebaliknya.

Dia tetap semangat untuk melanjutkan aktivitasnya. "Dia masih tetap mau. Nggak kapok. Dia nganggapnya kebentur mah biasa," ucapnya.

Balqis tak pernah mengeluh. Justru setiap hari dia semangat untuk melakukan aktivitasnya itu. Abni yang awalnya khawatir akan keselamatan anaknya pun kini sudah tak khawatir lagi setelah melihat kelihaian Balqis memanjat tebing. "Yang penting dia bahagia dan dia memang bahagia banget," kata Abni. (detik.com)

Sumber : detik.com /  Editor : Mas Min