Kisah Kasmenita Jalani Profesi Bidan, Bantu Persalinan di Tengah Hutan

Istimewa

SIDINGINAN/86 -- MENJADI tenaga medis adalah cita-cita Kasmenita sejak kecil. Alasannya sangat sederhana dan menyentuh. Yakni, kesukaannya menolong orang. Menjadi dokter adalah impian kanak-kanaknya.

Meski tidak menjadi dokter, kini Kasmenita boleh berbangga diri dengan gelar STr.Keb, di belakang namanya.  “Sedari kecil saya memiliki jiwa suka menolong. Apalagi waktu itu sudah terbiasa merawat ayah yang menderita penyakit diabetes melitus,” kata Kasmenita.

Akhir Januari lalu, jalan berliku menjadi seorang bidan mulai diretasnya sejak tahun 1996, saat ia tercatat sebagai siswa Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Depkes Pekanbaru. Tamat SPK tahun 1999, Kasmenita melanjutkan pendidikan bidan di DIII Kebidanan Poltekkes Pekanbaru dan lulus tahun 2005.

Tak puas dengan gelar DIII, ia melanjutkan pendidikan DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau dan lulus 2017.

Bidan kelahiran Sedinginan, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau ini, mengawali pengabdiannya selulus dari SPK dengan menjadi honorer pada tahun 1999. Kinerja bagus dan nasib baik membawanya menjadi CPNS pada tahun 2006 usai menamatkan  DIII Kebidanan Poltekkes Pekanbaru.

Kasmenita ditempatkan di Puskesmas Bangko, Bagansiapiapi, Rokan Hilir. Setelah beberapa tahun kemudian, ibu dua anak ini di tempatkan di tanah kelahirannya, Sedinginan.

Selain ingin mengabdi di kampung halaman, tekad untuk menjaga dan merawat orangtua membuatnya tetap kerasan meski jauh dari gemerlap kota. Saat itu, diakhir tahun 1990-an, di daerah Bagansiapiapi persalinan masih dilakukan di rumah warga dan sebagian besar masyarakat belum percaya dengan bidan.

Nyaris tidak ada ibu-ibu hamil yang datang ke tempat praktik bidan untuk melahirkan, justru bidan harus datang ke rumah ibu yang hendak melahirkan.

Tetapi dengan semangat Kasmenita yang tidak pernah putus untuk terus mendatangi warganya yang hendak melahirkan, dan meyakinkan mereka bahwa seorang bidan bisa membantu proses melahirkan juga membantu proses tumbuh kembang anak, maka seiring berjalannya waktu keberadaan bidan mulai diterima masyarakat.

Tempaan itu membuat Kasmenita menjadi lebih terbuka akan profesi bidan dan ikhlas menjalaninya. Menjadi bidan di pelosok tentunya memiliki tantangan lebih kompleks di banding berpraktik di kota. Suka dan duka menjadi bidan sudah menjadi kesehariannya, baginya itulah romantika seorang bidan.

Berbagi kisah duka, Kasmenita memiliki pengalaman paling berkesan yang hingga kini masih melekat diingatannya.

Suatu malam ia dibangunkan oleh seorang anak yang ibunya sudah mengalami kontraksi untuk melahirkan, saat itu sudah tengah malam. Mirisnya lagi, sang ibu yang hendak melahirkan berada di pondoknya yang berada di tengah kebun karet di dalam hutan. 

Hati Kasmenita langsung tergerak untuk berangkat ke rumah pasiennya tersebut. Keputusan dalam waktu singkat harus diambil, sebab menyangkut nyawa dua manusia sekaligus, sang ibu dan jabang bayinya.

Kasmenita pun berangkat menggunakan mobil ditemani kakaknya. Namun apa daya, mobil tidak bisa langsung ke pondok si ibu yang berada di tengah kebun karet. Perjalanan pun harus dilanjutkan dengan berjalan kaki, di tengah hutan yang gelap dan hanya dibantu oleh senter.

Sesampainya di pondok, kondisi si ibu sudah sangat lemah dan mengkhawatirkan. Berkat cekatannya Kasmenita dan pertolongan Tuhan, sang ibu dan bayinya berhasil diselamatkan. Kasmenita mengaku saat itu, adalah hari paling mendebarkan dan menegangkan dalam kariernya sebagai bidan.

“Saat itu berbekal senter saya menerobos hutan dengan jalan kaki, ngeri membayangkannya. Bisa saja saya diterkam binatang buas atau dipatuk ular. Makin deg-degan lagi saat persalinan kondisi tensi si ibu sangat rendah. Sementara infus dan oksigen terbatas,” kata istri dari Afrizal Kasim ini.

Banyak lagi pengalaman berkesan yang dialami oleh bidan Kasmenita, semisal jauh-jauh datang mengunjungi pasien, ia kerap tidak dibayar. Bahkan ada pasien yang mendesak harus diobati saat ia sendiri juga sedang sakit .

Dan adapula pasien yang hanya mengucapkan terima kasih usai dibantu. Walaupun hanya dibayar dengan terima kasih, Bidan Kasmenita tetap tersenyum karena beliau bahagia bisa menolong pasiennya. Dibalik duka, Kasmenita juga penuh kisah suka.

Di antaranya ia bisa bertemu dengan banyak orang, dikenal banyak orang, hingga banyak masyarakat yang suka menolongnya. Selain tentunya ada kepuasan batin saat berhasil menolong kelahiran bayi.

Terkait tugasnya dalam pelayanan dasar kesehatan, terutama dalam mempersiapkan seorang ibu dalam masa kehamilan dan menyambut kelahiran bayi, Kasmenita masih menghadapi kendala dalam mempersiapkan gizi anak.

Di antara kendalanya datang dari orangtua yang tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi karena dana terbatas. Meski program pemberian makanan tambahan (PMT) berupa biskuit dengan kandungan gizi yang tinggi telah digulirkan oleh Kementerian Kesehatan, tetapi tidak disambut antusias masyarakat.

Banyak orangtua tak mau datang membawa anaknya ke Posyandu. “Namun kami tak menyerah. Upaya yang dilakukan di antaranya melakukan home visit, mendatangi langsung rumah balita,” jelas Kasmenita.

Dalam menjalankan tugas sebagai bidan, anak kedua dari tiga bersaudara, dan menjadi perempuan satu-satunya ini sangat didukung oleh suami dan dua saudara laki-lakinya yang siap mengantarkan jika masyarakat membutuhkan.

Ia juga senantiasa dalam setiap kesempatan mengedukasi masyarakat untuk hidup sehat. Terhadap ibu hamil, Kasmenita juga selalu menekankan pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (1.000 HPK).

Program yang dirancang sebagai gerakan sadar gizi, dalam rangka 1.000 Hari Pertama Kehidupan melalui pendidikan gizi secara tepat dan benar sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan gizi ibu dan anak.

“Dari sejak masa kehamilan hingga usia bayi dua tahun adalah masa emas. Sang ibu harus memperhatikan gizi, emosional, stimulasi internal antara ibu dan bayi,” katanya.

Sejauh ini tugas dan program yang dijalankannya sangat didukung oleh pemerintah dan pihak swasta demi terwujudnya generasi maju penerus bangsa yang dilahirkan dari ibu-ibu yang sehat secara fisik dan psikis. 

Biodata Nama: Kasmenita STr.Keb
Alamat Praktek: Jalan Tuanku Tambusai, RT 003 RW 007 Kelurahan Sedingingan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau. (tribunnews)


[Ikuti Riau86.com Melalui Sosial Media]






Loading...

Tulis Komentar