Sukses di GenBI dan PPAN, Shitaa Bertekad untuk Berdayakan Masyarakat

Shitaa, Mahasiswi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Sumatera Utara yang memiliki tekad untuk memperdayakan masyarakat kota, khususnya kaum disabilitas dan minoritas.

 

“..ketika kita mengenal banyak manusia, kita akan semakin mengenal diri sendiri..”

Jika kita berbicara mengenai pemberdayaan masyarakat, kita akan menjumpai sekelompok orang yang biasanya memiliki kepentingan pada bidang tertentu.

Terlebih saat masa kampanye politik, dimana sekelompok orang bertujuan mendapatkan massa dan dukungan. Namun, hanya segelintir anak muda tulus yang memiliki niatan demikian, memberdayakan masyarakat.

Dialah Shitaaram, Mahasiswi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Sumatera Utara 2014 ini, memiliki tekad untuk memperdayakan masyarakat kota, khususnya kaum disabilitas dan minoritas.

Hal ini disampaikannya usai wawancara mengenai misi berikutnya, setelah ia kembali ke tanah air setelah mengikuti Program Pertukaran Pemuda Antar Negara di Jepang kemarin.

“Aku ingin mengabdikan diriku untuk masyarakat khususnya masyarakat disabilitas dan minoritas yang aku rasa sering dikucilkan oleh masyarakat luas. Hal ini aku inginkan karena aku ingin berdampak dan berkontribusi untuk lingkunganku setelah aku mendaptakan banyak pengalaman selama aku bergabung di Generasi Baru Indonesia (GenBI) dan PPAN Indonesia kemarin,” ungkap Shitaa tersenyum.

Berbeda dan Berdampak

Shitaa adalah gadis berdarah campuran. Ayahnya berasal dari Suku India Tamil dan ibunya Sunda. Selain itu ia juga dilahirkan di negeri jiran Malaysia, walau akhirnya ia berstatus kewarganegaraan Indonesia.

Menurut Shitaa, etnis India Tamil tergolong masyarakat minoritas di kota Medan ini. Padahal, orang-orang India ini memiliki potensi dan intelligence yang sangat mendukung untuk perkembangan dan keragaman budaya bangsa Indonesia.

Namun, seringkali mereka merasa minder untuk mencoba banyak hal, karena takut dikucilkan oleh etnis mayoritas.

Melalui persepsi seperti ini, Shitaa akhirnya merencanakan beberapa rancangan untuk membangun masyarakat ke depannya. Alasan dirinya memilih kaum disabilitas dan minoritas, karena ia ingin memberikan pemahaman dan konsep baru bahwa ‘Siapa saja berhak untuk mendapatkan kesempatan meraih kesuksesan.’

Shitaa juga mengaku bahwa keinginannya ini ia tekadkan selama dirinya menjalani proses belajar di PPAN 2018.

Dirinya memiliki kesempatan untuk mengelilingi 10 negara Asia, khususnya Jepang sebagai sponsor utama dari kegiatan PPAN-SSEAYP (The Ship of South East Asian and Japanese Youth Program).

Selama di perjalanan dirinya mengamati berbagai hal yang kemudian merubah cara pandangnya. Ia juga mempelajari pola kehidupan masyarakat di luar Indonesia dan Kota Medan serta membandingkannya dengan masyarakat di dalam negeri.

“Aku rasa, kita mampu dan siap untuk melakukan ini. Sebab aku ingin mendorong kaum disabilitas dan etnis minoritas ini untuk percaya bahwa mereka mampu, mereka bisa. Kita tak perlu membatasi diri lagi jika mau melakukan suatu yang positif dan berdampak. Kita harus bertemu banyak orang di luar lingkungan kita untuk mengenali sejauh mana kemampuan kita. Karena ketika kita banyak mengenal manusia, kita akan semakin mengenali diri kita sendiri,” kata Shitaa bersemangat.

Dirinya menganggap bahwa isu mengenai keberagaman di Indonesia sangatlah unik dan menarik. Dan keunikan ini wajib ditonjolkan untuk contoh negara yang aman dan penuh toleransi antar manusianya dikancah dunia.

Shitaa sendiri memiliki pengalaman terjun ke masyarakat melakukan pengabdian melalui kegiatan yang diikutinya. Salah satu dari pengalamannya adalah ia sempat ikut program PEMA FEB mengajar di sekolah dasar PAB-IT dan Surya Bahagia, serta juga kegiatan sosial lainnya yang ia dapat melalui komunitas penerima beasiswa GenBI USU. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut dirinya kemudian memiliki bekal untuk mewujudkan mimpinya memberdayakan masyarakat disabilitas dan minoritas.

“Semuanya ini aku tekadkan karena aku sudah banyak mendapatkan kesempatan berharga dari Tuhan. Tuhan sudah memberi segalanya untukku, lulus PTN, beasiswa, exchange, IPK Cumlaude, orang tua yang selalu mendukung dikasi sama Tuhan buatku. Bahkan sampai detik ini aku masih bisa bernafas juga atas izin dari pemberian Tuhan. Jadi, aku gak punya alasan untuk tidak mau memberikan kontribusi dan warna baru bagi mereka yang memiliki keterbatasan dan keadaan yang berbeda,” harap Shitaa berkaca-kaca. (Mas min) 

 


[Ikuti Riau86.com Melalui Sosial Media]






Loading...

Tulis Komentar