3.000 Warga Korban Gusuran Cilegon Golput di Pemilu 2019

Istimewa

JAKARTA/86 -- Warga korban gusuran di Cikuasa Pantai dan Kramat Raya, Kota Cilegon menyatakan golput dalam Pemilu 2019. Jumlah pemilih di dua wilayah itu mencapai 3.000 pemilih.

Warga korban gusuran memilih golpur lantaran tak ada kejelasan soal ganti rugi dari pemerintah Kota Cilegon. Padahal, mereka telah dinyatakan menang oleh pengadilan dan Pemkot wajib mengganti rugi.

Mereka digusur oleh Pemkot Cilegon pada Agustus 2016 lalu, dua tahun lebih warga di sana mengharapkan belas kasih warga lain untuk menyambung hidup.

"Jadi kami mengambil kesimpulan bahwa kami warga masyarakat Cikuasa dan Kramat yang terkena dampak gusur paksa oleh pemerintah Kota Cilegon mengambil kesimpulan akan golput. Untuk tahun ini tidak ada pemilihan dan kami tidak akan mengindahkan semua aturan pemilihan yang akan datang," kata salah seorang warga Cikuasa Pantai, Erik Heriansyah kepada wartawan di lokasi gusuran, Rabu (13/3/2019).

Warga mengaku tidak akan mentolerir apapun lobi-lobi pemerintah untuk tidak golput sampai ada kejelasan soal ganti rugi. Erik mengatakan, keputusan itu diambil memalui musyawarah dengan seluruh warga untuk golput dalam Pemilu 2019.

"Mendekati pemilihan ini kami mengambil kesimpulan 3000 jiwa kami warga korban gusuran akan golput. Itu jumlah pemilih, kita ada data itu warga Cikuasa dan Kramat Raya karena ini terdiri dari dua belah kampung," ujarnya.

Seorang warga lain, Aan Resnawati mengatakan, Pemilu dianggap percuma jika nasib warga di sana tidak jelas arahnya. Mereka hanya meminta agar bangunan yang dulu berdiri di tanah PT KAI itu kembali berdiri.

" Warga di sini minta ganti, bukan ganti tanah saya sadar karena ini bukan tanah saya, tanah negara. Saya minta ganti bangunan, kalau mau diusir tempatkan," tegasnya. (detik.com)


[Ikuti Riau86.com Melalui Sosial Media]






Loading...

Tulis Komentar