Sekjen PBB: Lebih dari 80 Ribu Anak Mati Kelaparan di Yaman

Istimewa Reuters

SANAA/86 -- Memilukan! Perang berkepanjangan di Yaman telah membuat anak-anak tak bersalah menjadi korban. Lebih dari 80 ribu anak-anak di bawah usia lima tahun telah meninggal akibat kelaparan di negara konflik tersebut.

" Anak-anak tidak memulai perang di Yaman, namun mereka membayar mahal. Sekitar 360.00 anak-anak menderita akibat malnutrisi akut yang parah, berjuang untuk hidup mereka setiap hari. Dan sebuah laporan kredibel menyebutkan bahwa jumlah anak-anak di bawah usia 5 tahun yang meninggal akibat kelaparan adalah lebih dari 80.000," kata Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres dalam konferensi donor di kota Jenewa, Swiss pada Selasa (26/2) waktu setempat.

Guterres menambahkan bahwa konflik Yaman yang berkepanjangan telah meningkatkan jumlah warga yang kehilangan tempat tinggal menjadi 3,3 juta orang. Angka tersebut menandai lonjakan tajam dari angka sebelumnya sebesar 2,2 juta orang tahun lalu.

PBB telah menyatakan bahwa situasi di Yaman yang dilanda perang, terus memburuk dengan lebih dari 14 juta orang saat ini sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan. Guterres pun mengingatkan tentang memburuknya situasi kemanusiaan dan kesehatan di Yaman.

"Lebih dari separuh dari semua fasilitas kesehatan tidak berfungsi, dan hampir 20 juta orang kekurangan akses ke layanan kesehatan yang memadai," tutur pemimpin badan dunia itu.

"Pada 2017, epidemi kolera terburuk dalam sejarah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya saat persediaan air dan sanitasi serta layanan kesehatan masyarakat kolaps ... Hampir 18 juta warga Yaman masih tidak memiliki akses yang memadai ke air minum atau sanitasi yang aman," kata Guterres seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (27/2/2019).

Sekjen PBB tersebut juga mengatakan, krisis Yaman telah berdampak parah pada pendidikan anak-anak di negara tersebut.

"Dua juta anak-anak di Yaman putus sekolah, dan 2.000 sekolah telah terdampak langsung akibat konflik: rusak, hancur, diubah menjadi tempat penampungan bagi orang-orang yang kehilangan tempat tinggal atau diduduki oleh kelompok-kelompok bersenjata. Dan separuh guru-guru di Yaman belum digaji dalam dua tahun lebih," ujar Guterres.

Arab Saudi dan sejumlah negara sekutu regionalnya telah melancarkan perang di Yaman sejak Maret 2015 lalu. Serangan-serangan militer koalisi Saudi tersebut bertujuan untuk memerangi kelompok pemberontah Houthi. (detik.com)


[Ikuti Riau86.com Melalui Sosial Media]






Loading...

Tulis Komentar