MOJOKERTO/86 --  Selama 12 hari Operasi Tumpas Narkoba 2019, polisi menyita narkoba jenis sabu dan dobel L senilai Rp 140 juta dari 36 pengedar. Jumlah pengedar terus bertambah karena keuntungan dari bisnis haram ini cukup menggiurkan.

Wakapolres Mojokerto, Kompol Ki Ide Bagus Tri mengatakan, jumlah sabu yang disita mencapai 86,41 gram dari 31 tersangka. Sementara 3.437 butir pil dobel L disita dari 5 tersangka.

"Penangkapan para tersangka ada yang sudah menjadi target operasi kami, ada juga yang kami tangkap saat razia," kata wakapolres kepada wartawan di kantornya, Jalan Gajah Mada, Mojosari, Jumat (15/2/2019).

Narkoba yang disita nilainya cukup besar. Saat ini sabu rata-rata dijual Rp 1,5 juta/gram. Sementara pil dobel L Rp 3.000/butir. Dengan begitu, 86,41 gram sabu nilainya mencapai Rp 129,6 juta, sedangkan 3.437 butir dobel L bernilai Rp 10,3 juta.

Kasat Reskoba Polres Mojokerto, AKP Sahari menjelaskan, keuntungan yang didapatkan para pengedar sabu sebesar Rp 500 ribu/gram. Keuntungan mereka akan berlipat ganda jika sabu diecer menjadi paket hemat.

Menurut dia, setiap gram sabu bisa diecer hingga menjadi 7 paket hemat seharga Rp 300 ribu/paket. Dengan harga beli Rp 1 juta/gram, maka keuntungan yang diraup para pengedar mencapai 1,1 juta/gram. Keuntungan dari mengedarkan pil dobel L juga tak kalah besar.

Dari penjualan 1.000 butir, rata-rata pelaku meraup keuntungan Rp 2 juta. Tak ayal pengedar narkoba di Mojokerto seakan tak pernah habis. "Kalau pil dobel L mereka beli Rp 700 ribu untuk seribu butir. Diecer dengan harga Rp 30 ribu per 10 butir," terangnya.

Tak hanya pengedar, peran kurir juga menjadi kunci dalam jaringan narkoba. Oleh sebab itu, para pengedar berani membayar mahal para kurir mereka untuk menjamin kelancaran pengiriman narkoba ke para pengguna.

" Saya disuruh jadi kurir, sekali antar dibayar Rp 500 ribu," ungkap tersangka Teguh Prasetyo (32), warga Desa Gading, Bululawang, Malang. (detik.com)

Sumber : detik.com /  Editor : Mas Min