Gondang Oguang Art Festival ll
Seni Tradisi Tak Pernah Mati di Kampar
KAMPAR KIRI/86 - Tidaklah seniman namanya, jika kondisi terburuk sekalipun, mematahkan kerja kreatif mereka. Tidak pula seniman namanya, jika tak mampu keluar dari kungkungan wabah Covid-19 atau pandemi. Sebab insan kreatif bernama seniman, memang diberi kelebihan untuk berproses menemukan solusi atas kondisi yang menghimpit dirinya.
Pernyataan filosofis ini disampaikan Fabri Hengky selaku Ketua Sanggar Sendayung (Lipatkain, Kampar Kiri) disela kesibukannya pada helat budaya, "Gondang Oguang Art Festival ll", Sabtu (2/10/2021) lalu. Sebuah perhelatan tahunan komunitas seni/ budaya yang diasuhnya beberapa tahun belakangan ini.
Helat yang digelar secara virtual dan dipusatkan dalam stadion Kampar Kiri itu tentu saja mendapat apresiasi tinggi dari banyak kalangan. Apalagi, helat ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui program Fasilitasi Bantuan Kebudayaan (FBK) 2021.
Sepanjang pelaksanaan kegiatan yang ditayangkan di Chanel YouTube dan CeriaTv serta media sosialnya, terpantau banyak penikmat seni yang menonton. Rata-rata mereka sangat mendukung kegiatan serupa itu, sebab hampir dua tahun belakangan ini, kegiatan serupa tak dapat digelar sama sekali.
Bahkan para seniman, baik musik tradisi gondang oguang, world music, tari, dan lainnya mengaku senang dapat berpartisipasi dalam helat itu. Salah satunya, Tuk Nazaruddin (pelantun) sastra lisan Kampar, Botimang. Beliau mengatakan, baik grup gondang oguang miliknya, maupun dirinya sendiri sudah lama tidak tampil lagi dihadapan publik. Wabah Pandemi-Covid-19 yang menyerang dunia nyaris melumpuhkan aktivitas masyarakat dunia, tak terkecuali seniman.
"Alhamdulillah, kami bisa tampil di acara Gondang Oguang Art Festival ll ini. Ini semacam pelampiasan dari rindu dendam yang menyerang kita hampir dua tahun belakangan," kata Tuk Nazaruddin usai melantunkan Botimang dalam tiga generasi.
Fabri Hengky menjelaskan, helat Gondang Oguang Art Festival ll menghadirkan enam (6) grup asal Kampar dan Kuantan. Selain itu, helat ini juga menyuguhkan sastra lisan Botimang tiga generasi. Dan sebagai puncak acara, di malam harinya tampil pula enam (6) komunitas musik dan tari.
Keenam (6) komunitas yang tampil antara lain Beda Band (Kampar/ Musik), Riau Street Musician (Pekanbaru/ Musik), Gadi Ombun (Kampar/ Tari), Lab Art Project (Kab. Agam-Sumbar/ Musik), Lentik Dance (Pekanbaru/ Musik), dan ditutup dengan sempurna serta penuh keriangan oleh komunitas Limuno (Kuansing/ Musik) lewat lagu-lagu Randai Kuantan.
Pada pembukaan acara, hadir pihak dari utusan Raja Gunung Sahilan, Kepala Dinas (Kadis) Kebudayan Riau, dan pihak kecamatan. Usai dibuka dipagi harinya, acara terus berlanjut dengan persembahan seni tradisi hingga sore hari dan dilanjutkan pada malam harinya.
Fabri Hengky atau Ingky menegaskan, Gondang Oguang Art Festival ll ini terlaksana berkat kerja sama banyak pihak. Untuk itu beliau mengucapkan terimakasih tak terhingga, terutama para panitia yang bertungkuslumus beberapa bulan persiapan acara. Beliau juga mengharapkan tahun-tahun kehadapan helat itu tetap bisa digelar, tergantung kondisi saat itu. Dia juga berharap, pelaksanaan ke depannya lebih baik lagi, lebih besar lagi dan bisa menghadirkan grup kesenian Kulintang asal Filipina yang juga mirip dengan Gondang Oguang.
"Tegak dan duduk bersama menjadi kesadaran penuh atas terlaksananya acara ini. Kami tidak ingin berbangga hanya karena acara ini. Kami hanya ingin seni tradisi Kampar tetap tegak dada di depan cermin dunia," kata Ingky mengakhiri.(BangJagok)
Tulis Komentar